Pada saat ini,
hampir setiap organisasi di seluruh dunia menghadapi tantangan bisnis yang
kurang lebih sama yaitu memastikan kelangsungan bisnis ditengah turbulensi
global akibat pandemi, kondisi sosial politik dan teknologi. Di Indonesia
sendiri, kondisi pandemic yang telah
mendera kehidupan negara selama lebih dari satu tahun, telah memukul banyak
badan usaha skala besar, menengah maupun kecil.
Para pemimpin bisnis berjuang mencari strategi terbaik untuk memastikan
kelangsungan usaha. Pada saat ini, setiap organisasi dituntut memiliki daya
resiliensi yang tinggi, yang mampu menjadikan perusahaan merngubah setiap
kendala dan tantangan menjadi peluang.
Menata Strategi
Pengelolaan Produktivitas merupakan salah satu langkah terbaik untuk memastikan
kelangsungan usaha dalam situasi krisis saat
ini. Produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan kemampuan perusahaan
menghasilkan output berupa produk dan/atau jasa, dibandingkan
dengan besarnya input (sumber daya) yang dikeluarkan.
Produktivitas
yang baik adalah bila output yang dihasilkan dan kemudian dibeli oleh pengguna
(user) semakin banyak dengan menggunakan input minimum. Hal ini menunjukkan perusahaan memiliki
kemampuan tertentu dalam menghasilkan suatu produk yang bernilai besar bagi
pelanggan. Kemampuan ini yang seringkali disebut sebagai
keunggulan kompetitif (competitive advantage).
Dalam kondisi
pandemi saat ini, banyak perusahaan yang menggunakan strategi bertahan (survival strategy) yang ditunjukkan
dengan menurunkan penggunaan sumber daya (salah satunya adalah melakukan
efisiensi dalam berbagai hal), yang kemudian berdampak pada penurunan output.
Upaya ini dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan
perusahaan selama beberapa saat ke depan.
Pertanyaan
kritisnya adalah apakah strategi tersebut efektif? Strategi bertahan ini efektif untuk menjamin kelangsungan
perusahaan selama 1 – 2 tahun ke depan apabila keseimbangan antara output dan input terjaga.
Untuk jangka panjang, strategi tersebut harus diikuti dengan kemampuan para pemimpin dalam membaca arah
gerak industri dan posisi perusahaan saat ini, serta menentukan langkah apa
yang harus dilakukan untuk mengembangkan
perusahaan ke depan.
Para pemimpin diharapkan memiliki kejelian dalam melihat perubahan kebutuhan dan trend pasar dalam industri yang tengah dijalani, yang
kemudian diikuti dengan menetapkan langkah
untuk memenuhi perkembangan tersebut. Meskipun perusahaan tengah melakukan
serangkaian efisiensi sebagai bagian upaya bertahan (survive) dalam
kondisi krisis, pemimpin diharapkan tetap mampu membangun kapabilitas organisasi yang baru.
Kapabilitas
organisasi yang perlu dibangun:
1. Proses kerja yang lebih
efektif. Trend menunjukkan perusahaan yang bertahan adalah perusahaan
yang agile dalam menangkap dan menterjemahkan kebutuhan pelanggan.
2. Teknologi untuk mendorong
pertumbuhan bisnis. Setidaknya terdapat tiga nilai penting pemanfaatan
teknologi dalam bisnis:
a. Untuk otomatisasi dan robotisasi dalam meningkatkan
konsistensi, akurasi dan efisiensi proses kerja.
b. Untuk
meningkatkan kecepatan dan akurasi dalam membaca data
yang kemudian menjadi informasi penting bagi pengambil keputusan di setiap
level.
c. Sebagai media transfer of knowledge.
3. Mempertahankan talent.
Tidak dapat dipungkiri bahwa dalam upayanya menjalankan strategi untuk bertahan,
perusahaan dapat mengalami kondisi kehilangan SDM Unggul (talent loss). Berikut sejumlah hal yang harus diperhatikan
agar ketika bisnis perusahaan naik kembali, perusahaan tetap memiliki talent:
a. Memperhatikan upaya-upaya
mempertahankan talent secara menyeluruh.
Fakta yang menarik adalah sistem
imbal jasa memang memiliki daya tarik yang kuat untuk mempertahankan SDM, namun
sifatnya hanya sementara. Hal ini disebabkan sistem tersebut sangat berkaitan
dengan perkembangan gaya hidup seseorang.
Oleh karena itu, strategi
pengelolaan imbal jasa harus diikuti dengan langkah lain seperti pengakuan atas
prestasi, kemajuan karir, menciptakan kemudahan dalam kerja, serta membangun
iklim kerja yang kondusif.
b. Membangun Sistem Adult Learning.
Pola belajar dewasa (adult
learning) dengan prinsip 70/20/10 tidak hanya ditujukan untuk membangun
kemampuan seseorang agar dapat bekerja dengan baik, namun juga mendukung proses
transfer of knowledge. Dengan demikian ketika
perusahaan kehilangan talentnya, pengetahuan dan keterampilan talent
tersebut tetap dimiliki perusahaan dan menjadi
panduan bagi karyawan lain dalam menyelesaikan
pekerjaannya.
c. Menghadirkan SDM yang sesuai
nilai dan strategi bisnis organisasi.
Prinsip the right man in the right
place for the right time tetap menjadi filosofi penting dalam pengelolaan
SDM dari waktu ke waktu. Dibutuhkan kejelian
dalam menetapkan standar yang relevan dengan nilai dan strategi organisasi,
serta pengukuran yang tepat sasaran.
Memastikan
kelangsungan bisnis artinya menjamin kelangsungan produktivitas perusahaan dan
pertumbuhan di masa mendatang. Menciptakan terobosan dalam pengelolaan
organisasi, pemanfaatan teknologi dan pemberdayaan SDM Unggul (talent) dalam ranka mengelola produktivitas merupakan
kunci untuk mengubah kedudukan perusahaan
dari Bertahan menjadi Unggulan.
Artikel Selanjutnya : Meningkatkan Daya Saing Perusahaan Dengan Membangun Soft Competencies SDM